Pada masa ini telah banyak kejadian mengerikan yang menimpa kaum muslimin, disebabkan serangan dari musuh-musuh Allah dari segala arah. Perang di Afghanistan, perang di Irak, di Libanon dan perang di Gaza Palestina. Namun yang kita dengar dan yang kita baca dari para penulis berita, semua hujatan ditumpahkan kepada musuh-musuh Allah tersebut. Yakni dengan menyatakan kekejian perbuatan mereka dan mengecam apa yang mereka perbuat.
Tentu hal ini adalah perkara yang tidak diragukan lagi. Namun apakah musuh yang kafir tersebut akan menahan diri dari perbuatannya dengan berbagai kecaman tersebut? Orang-orang kafir, sejak dulu kala selalu menghendaki agar Islam dihapuskan dari permukaan (bumi). Sebagaimana firman Allah:
وَلاَ يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوْكُمْ عَن دِيْنِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (Al-Baqarah: 217)
Namun permasalahannya, apa yang telah disiapkan oleh kaum muslimin untuk menghadapi mereka dan mencegah sikap brutal mereka? Sesungguhnya yang wajib atas mereka (di antaranya):
1. Melihat kenyataan kaum muslimin dalam pengamalan agamanya. Sesungguhnya apa yang menimpa kaum muslimin hanyalah karena mereka melalaikan agamanya. Dalam sebuah atsar disebutkan: “Jika orang yang mengenal-Ku berbuat maksiat kepada-Ku, maka Aku akan menjadikan orang yang tidak mengenal-Ku untuk menguasainya.”
Apa yang telah menimpa Bani Israil di saat mereka meninggalkan agama mereka dan membuat kerusakan di muka bumi? Allah menjadikan orang-orang kafir Majusi menguasai mereka sehingga merekapun memporak-porandakan isi kampung mereka, sebagaimana yang Allah sebutkan di awal surat Al-Isra`. Dan Allah mengancam mereka apabila tetap dalam keadaan demikian, Allah akan kembalikan kesengsaraan tersebut kepada mereka.
Maka kita harus mengoreksi kondisi kita, lantas mengoreksi apakah ada kekeliruan dalam menjalankan agama kita? Sebab ketetapan dari Allah (Sunnatullah) tidaklah berubah. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُوْنِهِ مِن وَالٍ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-Ra’d: 11)
2. Hendaklah kita melakukan persiapan untuk menghadapi musuh kita, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَأَعِدُّوا لَهُم مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهِ عَدُوَّ اللهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِيْنَ مِن دُوْنِهِمْ لاَ تَعْلَمُوْنَهُمُ اللهُ يَعْلَمُهُمْ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu mampu dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (Al-Anfal: 60)
Yaitu dengan cara pembentukan pasukan dan persenjataan yang layak dan kekuatan yang dapat menaklukkan mereka.
3. Menyatukan kalimat kaum muslimin di atas aqidah, tauhid dan menegakkan hukum syariat, serta komitmen terhadap Islam dalam setiap perkara kita, baik dalam perkara muamalah, akhlak, berhukum dengan Kitabullah (Al-Qur‘an), melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar disertai mengajak kepada jalan Allah dengan ilmu dan penjelasan serta ikhlas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai.” (Ali ‘Imran: 103)
Dan firman-Nya:
وَلاَ تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ
“Janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 46)
Tidaklah mungkin terjadi persatuan bila berbeda dalam hal aqidah dan berbeda pula dalam maksud dan tujuan. Sampai aqidahnya benar dan tujuan disatukan, yaitu untuk menolong kebenaran dan untuk meninggikan kalimat Allah. Alangkah baiknya jika para khatib, para pemberi nasehat mengkonsentrasikan khutbah dan nasehat mereka dalam perkara-perkara ini. Di samping juga mengecam perbuatan musuh yang melampaui batas, menjelaskan tujuan-tujuan busuk mereka.
Sesungguhnya musuh Allah tersebut tidaklah memaksudkan untuk melemahkan kaum muslimin dan merampas kekayaan mereka saja. Namun maksud utama mereka adalah merusak aqidah kaum muslimin dan memalingkannya dari agama mereka, sampai mereka berhasil mengikis habis hingga ke akar-akarnya. Ini yang ingin aku peringatkan berkenaan tentang menyikapi krisis yang menimpa ini.
Allah senantiasa mengatakan kebenaran dan membimbing ke jalan yang lurus. Shalawat serta salam Allah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para shahabatnya.