Menjadi aktivis dakwah kampus merupakan kebanggaan tersendiri bagi setiap mahasiswa. Betapa tidak, aktivis dakwah membawa suatu misi para Nabi (baca; dakwah) merupakan pekerjaan paling mulia sebagaimana yang telah dicontohkan oleh panutan kaum muslimin sepanjang masa, yang telah merubah wajah dunia dan meluruskan garis sejarah, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam. Aktivitas dakwah hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang dipilih oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Bisa kita bayangkan dari sekian ribu mahasiswa yang ada di kampus kita masing-masing, yang terlibat dalam “proyek akhirat” ini hanya sebagian kecil saja, sungguh sangat menyedihkan. Mereka tidak menyadari tentang pentingnya berjuang di jalan Allah subhanahu wa ta'ala. dakwah kepada Allah subhanahu wa ta'ala adalah jalan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam dan pengikutnya sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
“Katakanlah :inilah jalan (agama)-ku, saya dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata....”(Q.S. Yusuf:108).
Tidak ada orang yang lebih mulia dari seorang aktivis dakwah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
“Siapakah yang lebih baik perkatannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata, 'sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri?'” (Q.S. Fushshilat:33).
Tentang keutamaan dakwah, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam telah menjelaskan kepada kita dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :
“ Demi Allah, pemberian petunjuk ke jalan Allah olehmu kepada satu orang saja itu lebih baik bagimu daripada humurunna'am”.
Yang dimaksud dengan humurunna'am adalah unta merah, merupakan unta yang sangat mahal harganya saat itu. Jika kita bandingkan dengan kondisi sekarang, humurunna'am setara dengan mobil mewah sekelas ferrari atau mercedez, kata seorang ustad.
Aktivis Fall in Love
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan manusia lain dalam melaksanakan aktivitasnya. Sama halnya dalam sebuah organisasi lebih spesifik lagi dalam sebuah organisasi atau jama'ah dakwah. Tentunya kita telah mengetahui bahwa yang terlibat dalam sebuah organisasi tidak hanya ikhwan atau akhwat saja akan tetapi keduanya. Sebagai pengemban risalah dakwah sudah pasti setiap aktivis akan menemukan berbagai cobaan dan tantangan di medan dakwah. Bukanlah disebut dakwah tatkala tidak menemui cobaan dan tantangan. Salah satu cobaan tersebut adalah fall in love. Ini merupakan cobaan yang sangat berbahaya, yang bisa merusak citra jama'ah. Tetapi seringkali aktivis itu tidak menyadari bahaya cobaan yang sedang menerpa hatinya. Hatinya yang rapuh sering tergelincir dengan cinta terhadap lawan jenis yang tumbuh dari kebersamaan mereka dalam dakwah yang panjang dan penuh cobaan. Ta'awun (kerjasama) yang mereka lakukan seringkali menimbulkan benih-benih terpendam. Lalu diam-diam mereka pupuk di dalam hati hingga akhirnya bunga bermekaran di mana-mana. Sayangnya, bunga itu bukanlah bunga mawar yang indah. Bunga itu tumbuh bukan dari keimanan, melainkan dari pandangan mata dan nafsu yang pelan-pelan merusak hati lalu menggerogoti jiwa yang lemah. Jiwa itu kini menjadi rapuh, merusak seluruh niat yang telah tertanam di dada lalu akhirnya merobohkan sendi-sendi dakwah.
Apakah salah ketika aktivis fall in love ? Jawabannya tidak, Cinta... tiada satu pun di dunia ini yang menafikan karena cinta sendiri merupakan senyawa yang menjadi fitrah manusia sejak dia ada, aktivis juga manusia. Akan tetapi, apakah kita bisa menumbuhkan benih cinta yang ada di dalam hati sesuai dengan porsinya? Apakah kita mampu mensinkronisasikan cinta dengan dakwah yang telah menjadi darah daging kita sendiri? Ataukah kita memisahkan cinta dengan dakwah lalu jatuh terluka karena telah mencabik-cabiknya dari nyawa? Kita letakkan harapan pada hamba, yang bahkan masih mengeja makna cinta. Sedangkan cinta hanya mau berharap pada Ilahi Rabbi-Tuhan yang telah menjadikannya ada.
Cinta ala aktivis tidak datang begitu saja, akan tetapi melalui media dan sarana penghantar. Berikut beberapa media yang menjadikan cinta aktivis ini semakin menggelora.
1.Rapat, Diskusi dan Seminar
Rapat, diskusi dan seminar merupakan salah satu media bertemunya para aktivis dan tak jarang berseminya cinta aktivis berawal dari sini. Apalagi rapat atau diskusinya tanpa hijab. Sahabat bicara sama istri Nabi saja harus pakai hijab. Kita bukan sahabat Nabi, yang kualitasnya imannya berbeda jauh dari mereka, jika diibaratkan seperti langit dan sumur bor, sangat jauh. Ini memang sering terjadi, rapat atau diskusi sesama aktivis tanpa tabir sehingga mereka bebas saling memandang. Ada sebagian yang berpandangan bahwa yang penting tidak sampai ke hati, dalam hal ini mereka menggunakan "hijab hati". Se-aktivis bagaimanapun, kalau berhadapan dengan lawan jenis, tanpa tabir, ditambah hadirnya setan, sekali dua kali sangat mungkin tergoda untuk curi-curi pandan. Lagian, yang dipandang tidak hanya diam. Masing-masing peserta akan saling lihat gaya bicara, mimik, serta body language. Hal-hal seperti ini juga memungkinkan untuk menarik hati.
2.Hand Phone dan Internet
Teknologi saat ini seakan pisau bermata dua, bisa menjadi kebaikan, bisa juga untuk kejahatan. Contohnya adalah HP. Saat ini, kebutuhan akan cepatnya informasi sangat mendesak. Dengan harga yang terjangkau, aktivis dakwah muda pun tak ketinggalan menenteng HP. Alat yang seharusnya digunakan untuk kebaikan saja, jadi ditunggai kejahatan. Memang setan sangat pintar memanfaatkan kesempatan untuk menjerumuskan para aktivis ini. Dengan lembutnya, setan mendorong mereka untuk mengirimkan eSeMeS bernuansa kebaikan, nasihat dan dakwah : "Kirimkan ucapan do'a, kan dia baru tertimpa musibah", "Berikan dukungan atas perjuangannya", " Bangunkan dia untuk shalat malam", " kirimi hadist tentang nasihat". Tetapi, apa niat dihati ketika kita mengirimkan eSeMeS nasihat itu, bagaimana suasana hati si penerima ketika menerimanya?
Internet, teknologi satu ini tak jauh berbeda nasibnya dengan yang di atas. Berbagai layanan yang disediakan internet, seperti chatting, emailing lewat warnet, atau layanan internet gratis yang semakin "menghargai privasi", acara menghubungi sang kekasih yang aktivis akan lebih enjoy.
3.Rihlah dan Mabit
Tidak jarang aktivis dakwah melakukan rihlah dan mabit bersama, sebagai ajang refreshing. Acara ini juga menjadi kesempatan setan untuk memasang jebakan. Sebelum rihlah , survey dulu. Jadilah survey sebagai ajang pacaran terselubung. Sesama aktivis lain jenis jalan bareng menikmati indahnya alam. Pas hari-H tak jauh beda. Jika sudah terbelit asmara ada saja alasan untuk bersama-sama tamasya.
Cinta aktivis terjadi merupakan sebab lemahnya iman para aktivis itu. Dakwah yang tidak ikhlas juga berpotensi menumbuhsuburkan fenomena pacaran aktivis. Selain itu juga yang menjadi suburnya cinta aktivis ini adalah bentukan lingkungan aktivis itu sendiri, yang manganggap bahwa hal-hal tersebut adalah sesuatu yang biasa. Untuk mencari pendukung, siapa saja digaet lewat cara apa saja. Agar pendukung tak lari dari dakwah, kesalahan-kesalahan pendukung termasuk pacaran didiamkan dulu. Maslahat dakwah, katanya. Ketika pendukung sudah jadi aktivis, jadilah aktivis berpacaran. Na'udzubillah
Bagaimana mengobatinya ?
Andaikan kita menjadi seorang aktivis yang telah jatuh cinta pada seorang pengemban dakwah lainnya, apakah kita adalah orang yang lantas tergelincir dari jalan dakwah ataukah kita mampu bertahan lalu menjaga cinta kita sebagai rahasia saja? Atau jangan-jangan kita biarkan cinta dan dakwah berjalan beriringan. Kita berjuang untuk Allah sekaligus untuk mendapatkan cinta dari aktivis dakwah lainnya juga. Padahal kita mengetahui hanya amal yang niat tulus karena Allah sajalah yang diterima oleh Allah.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda :
"Wahai kaum muda, siapa diantara kamu yang telah mampu hendaklah menikah, karena nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan mata, dan lebih dapat menjaga farji (kemaluan). Maka siapa yang belum mampu hendaklah berpuasa, karena berpuasa itu merupakan pengekang syahwat baginya".(Diriwaytkan jama'ah).
Kita (yang belum menikah) hanya diberikan dua pilihan oleh Rasulullah, Menikah or Berpuasa?
Islam mensyariatkan dan mengajurkan pernikahan, maka tidak boleh bahkan haram bagi seorang muslim membujang dan menghindari pernikahan sekalipun dengan niat untuk beribadah dan taqarrub kepada Allah, karena hal itu bertentangan dengan firah manusia dan berbenturan dengan insting, kecenderungan dan keinginannya.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda :
"Orang yang paling buruk diantara kamu adalah para pembujang, dan diantara orang-orang mati yang terburuk adalah orang yang mati dalam keadaan membujang". (H.R. Abu Ya'la dan Thabrani)
Wahai para pengemban risalah Allah, sadarlah... Hanya kejujuran dan ketulusan sajalah yang mampu mengalahkan semua niat yang telah ternoda di dalam dada. Ketika niat telah terkotori dan cinta telah berharap pada selain Allah, jujurlah pada Allah. Utarakan kepada Allah dengan sejujurnya keinginanmu yang sebenarnya. Jika ingin bersatu dengannya, mintalah...
Jika Allah mengizinkan kita bersatu dengan kekasih hati, maka tuluskan lagi niat kita hanya karena Allah. Maka insya Allah perjalanan dakwah ini dengan kekasih hati akan lebih indah dan diridhoi oleh-Nya. Sedangkan bila Allah justru memisahkan kita dengan kekasih hati, maka kita juga harus berusaha tulus menerima segala keputusan Allah. Ini adalah keputusan terbaik dari Allah dan tiada yang bisa menandinginya. Yakinlah dengan keputusan Allah ini, maka insya Allah penggantinya akan lebih baik dari apa yang selama ini kita bayangkan.
Insya Allah dengan kejujuran dan ketulusan cinta ini maka aktivis dapat melangkah di jalan dakwah dengan keyakinan teguh dan kesabaran. Akivis menjadi insan yang istiqomah melangkah di jalan dakwah. Aktivis menjadi mujahid yang berhasil dari segi strategi dan segi kesucian cinta. Semoga kita semua menjadi aktivis yang mampu jujur dan tulus kepada Allah atas fitrah cinta yang telah menjadi senyawa dalam jiwa kita.
Ya Allah, segerakanlah hambamu ini untuk menikah
Maraji' :
Majalah Elfata Vol.6 No.1/2006
Ensiklopedi Wanita Muslimah
www.dudung.net